
Tantrum adalah hal yang wajar terjadi pada anak, terutama di usia dini ketika mereka belum sepenuhnya mampu mengungkapkan emosi dengan kata-kata. Namun, meski umum terjadi, banyak orang tua merasa kewalahan saat menghadapinya. Penting untuk memahami bahwa tantrum bukan tanda anak nakal, melainkan sinyal bahwa anak sedang kesulitan mengatur emosinya.
- Tetap Tenang dan Jangan Panik’
Saat anak mulai menangis, menjerit, atau marah, langkah pertama yang paling penting adalah tetap tenang. Reaksi panik atau marah hanya akan memperburuk situasi. Tarik nafas dalam, lalu beri anak waktu untuk meluapkan emosinya dengan aman.
Menurut salah satu terapis dari The TamTam Therapy Centre, Stevani Christiana mengatakan bahwa menjaga ketenangan orang tua adalah kunci utama dalam menghadapi anak yang sedang tantrum.
“Orang tua perlu menjadi cermin bagi anak. Saat Anda tetap tenang, anak belajar bahwa emosi bisa dikelola tanpa harus meledak,” jelas Miss Stevi selaku Terapis Perilaku dari The TamTam Therapy Centre.
- Validasi Perasaan Anak
Alih-alih berkata, “Sudah, jangan nangis!”, cobalah mengganti dengan kalimat seperti, “Kamu lagi kesal, ya?” atau “Bunda tahu kamu kecewa.”
Validasi membantu anak merasa dipahami dan diterima, bukan ditolak karena emosinya. Dengan begitu, anak akan lebih mudah belajar menenangkan diri.
- Pastikan Anak Aman
Jika tantrum terjadi di tempat umum atau di rumah dengan banyak benda berbahaya, pastikan area sekitar aman. Jauhkan benda tajam atau keras, dan bila perlu, pindahkan anak ke tempat yang lebih tenang. Keamanan selalu menjadi prioritas utama sebelum menenangkan anak.
- Jangan Langsung Memberi Apa yang Anak Inginkan
Memberi keinginan anak hanya agar tantrumnya berhenti mungkin terasa seperti solusi cepat, tetapi sebenarnya dapat memperkuat perilaku tersebut. Anak bisa belajar bahwa menangis atau marah adalah cara untuk mendapatkan sesuatu.
Sebaliknya, tunggu hingga anak tenang, lalu bantu ia memahami batasan dengan lembut.
- Ajak Anak Bernafas dan Tenangkan Diri
Setelah amarahnya mulai mereda, ajak anak untuk menarik napas bersama, atau peluk dengan lembut jika ia sudah siap. Kontak fisik yang hangat bisa memberikan rasa aman dan membantu menurunkan emosi.
- Refleksikan Setelah Tantrum
Setelah situasi terkendali, bicarakan secara sederhana apa yang terjadi. Misalnya, “Tadi kamu marah karena mainannya diambil, ya. Lain kali kita bisa minta dengan kata-kata, bukan teriak.”
Refleksi setelah tantrum membantu anak belajar mengenali emosinya dan mencari cara baru untuk menanganinya.
Menghadapi tantrum memang tidak mudah, tetapi dengan kesabaran dan pemahaman, Anda dapat membantu anak belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
Ingat, setiap tantrum adalah kesempatan untuk tumbuh bagi anak, dan juga bagi orang tua.
Mari, konsultasi bersama tim ahli The TamTam Therapy Centre untuk mendapatkan panduan lebih lanjut tentang strategi menghadapi emosi dan perilaku anak dengan tepat. (RYLA)
Sumber:
• Wawancara dengan Miss Stevani Christiana, selaku Terapis Perilaku atau yang akrab disapa Miss Stevi, The TamTam Therapy Centre
• American Academy of Pediatrics (AAP): Temper Tantrums in Toddlers (2023)


