
Setiap anak memiliki gaya belajar, berperilaku, dan berkembang yang berbeda. Namun, bagi sebagian anak, perbedaan tersebut cukup signifikan sehingga memerlukan perhatian khusus. Dua kondisi yang sering kali membuat orang tua bertanya-tanya adalah Autisme (ASD – Autism Spectrum Disorder) dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Kedua kondisi ini sering terlihat memiliki gejala yang mirip—seperti kesulitan fokus, masalah perilaku, dan tantangan dalam bersosialisasi. Tak jarang, diagnosis antara keduanya tertukar atau bahkan terjadi bersamaan (komorbid). Maka penting bagi orang tua untuk memahami perbedaan penanganan anak dengan autisme dan ADHD, termasuk bagaimana terapi anak autisme dan ADHD dilakukan secara berbeda maupun terpadu.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan mendasar antara autisme dan ADHD, jenis terapi yang sesuai untuk masing-masing kondisi, serta bagaimana orang tua bisa memberikan dukungan terbaik, terutama bagi yang tinggal di kota besar seperti Jakarta.
Autisme vs. ADHD: Apa Bedanya?
1. Perbedaan Gejala Utama
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan komunikasi sosial, perilaku, dan minat anak. Gejalanya bisa meliputi:
- Kesulitan dalam kontak mata dan komunikasi non-verbal
- Terbatasnya minat atau minat yang sangat spesifik
- Suka rutinitas dan sulit beradaptasi dengan perubahan
- Repetisi gerakan atau kata-kata (stimming)
- Kesulitan dalam memahami emosi dan berinteraksi sosial
ADHD, di sisi lain, adalah gangguan yang berfokus pada perhatian dan pengendalian impuls. Gejalanya antara lain:
- Kesulitan fokus atau mempertahankan perhatian
- Impulsif dan bertindak tanpa berpikir
- Hiperaktif dan tidak bisa diam
- Sering melupakan hal-hal atau ceroboh
- Mudah terdistraksi oleh hal kecil
2. Perbedaan dalam Perilaku Sosial
Anak dengan ADHD cenderung sangat sosial, ingin berbicara dan bermain, tapi kesulitan mengikuti aturan atau giliran. Sebaliknya, anak dengan autisme cenderung menghindari interaksi sosial atau tidak menunjukkan minat terhadap permainan bersama teman sebaya.
Diagnosa Ganda: Bisa Terjadi Bersamaan?
Ya, ada anak yang mengalami autisme dan ADHD sekaligus. Dalam kasus seperti ini, pendekatan penanganannya harus benar-benar menyeluruh dan dilakukan oleh tim profesional yang mampu merancang terapi komprehensif berdasarkan kebutuhan unik anak.
Baca juga: Terapi Okupasi di Jakarta untuk Anak ADHD: Manfaat & Panduannya
Perbedaan Terapi Anak Autisme dan ADHD
1. Terapi Anak Autisme
a. Terapi ABA (Applied Behavior Analysis)
Salah satu terapi paling umum untuk anak autisme. ABA menggunakan prinsip penguatan positif untuk membentuk perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang mengganggu.
b. Terapi Wicara dan Bahasa
Anak dengan autisme sering mengalami keterlambatan bicara atau komunikasi non-verbal. Terapi wicara membantu mereka memahami bahasa dan belajar mengekspresikan diri.
c. Terapi Okupasi
Untuk membantu anak mandiri dalam kegiatan sehari-hari, serta menangani sensitivitas terhadap rangsangan seperti cahaya, suara, atau tekstur.
d. Terapi Sosial
Anak diajak memahami ekspresi wajah, bergiliran saat bermain, dan membentuk keterampilan sosial dasar yang sesuai dengan usia.
2. Terapi Anak ADHD
a. Terapi Perilaku
Membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar mengendalikan impuls serta mengatur diri.
b. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
Membantu anak lebih besar (usia SD ke atas) mengelola pikiran dan emosi negatif, serta membentuk pola pikir yang lebih adaptif.
c. Terapi Okupasi
Meningkatkan fokus, keterampilan motorik, dan membantu anak lebih tenang dalam menjalani aktivitas rutin.
d. Pelatihan untuk Orang Tua
Memberikan panduan kepada orang tua tentang cara berkomunikasi, memberikan arahan, dan mengatur rutinitas yang mendukung anak dengan ADHD.
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
1. Lakukan Evaluasi Menyeluruh
Bawa anak ke psikolog anak atau psikiater anak untuk diagnosis yang tepat. Kadang gejala ADHD bisa menutupi autisme, atau sebaliknya.
2. Pilih Terapi yang Disesuaikan dengan Kebutuhan Anak
Tidak semua anak autisme atau ADHD sama. Setiap anak butuh program terapi yang dipersonalisasi sesuai kemampuan, tantangan, dan tujuan jangka panjangnya.
3. Libatkan Diri Secara Aktif dalam Proses Terapi
Keberhasilan terapi tidak hanya ditentukan oleh waktu di ruang terapi, tapi juga oleh konsistensi dan dukungan orang tua di rumah.
4. Gunakan Rutinitas dan Visual Aid
Baik anak dengan autisme maupun ADHD terbantu dengan rutinitas yang konsisten dan alat bantu visual seperti jadwal gambar, kartu aktivitas, atau petunjuk langkah demi langkah.
Baca juga: Kapan Perlu ke Psikolog Anak untuk ADHD? Ini Penjelasannya
Terapi Gabungan: Pendekatan untuk Anak dengan Autisme dan ADHD
Dalam kasus di mana anak mengalami autisme dan ADHD sekaligus, terapi biasanya akan menggabungkan elemen dari kedua pendekatan. Misalnya:
- ABA untuk struktur dan pembentukan perilaku dasar
- CBT untuk membantu anak mengelola impuls dan emosi
- Terapi okupasi untuk pengaturan sensorik dan kemandirian
- Dukungan sekolah dan adaptasi kurikulum
Kolaborasi antar terapis menjadi sangat penting dalam menciptakan program intervensi yang harmonis dan tidak tumpang tindih.
Perlukah Terapi Sensori?
Banyak anak dengan autisme dan/atau ADHD juga mengalami gangguan pemrosesan sensori. Mereka mungkin terlalu sensitif terhadap suara, cahaya, sentuhan, atau gerakan. Dalam kasus ini, terapi sensori integrasi bisa menjadi bagian penting dari penanganan.
Terapis akan menggunakan aktivitas fisik dan permainan sensorik untuk membantu anak merespons lingkungan secara lebih adaptif, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fokus.
Baca juga: Gejala ASD pada Balita yang Perlu Diwaspadai Sejak Dini
Cara Memilih Layanan Terapi yang Tepat
Jika Anda tinggal di Jakarta, penting untuk memilih layanan terapi anak yang:
- Memiliki tim multidisiplin: psikolog, terapis wicara, okupasi, ABA, sensori
- Menyediakan asesmen awal menyeluruh
- Menawarkan program yang dipersonalisasi
- Melibatkan orang tua dalam setiap langkah terapi
- Memberikan laporan perkembangan secara berkala
Rekomendasi Layanan Terapi Anak Autisme dan ADHD di Jakarta
Salah satu pusat terapi anak yang direkomendasikan di Jakarta adalah The TamTam Therapy Centre. Tempat ini menyediakan layanan terapi komprehensif bagi anak dengan spektrum autisme, ADHD, atau kombinasi keduanya.
Keunggulan The TamTam Therapy Centre:
- Tim terapis bersertifikat dan berpengalaman menangani anak neurodivergent
- Asesmen awal untuk memetakan kebutuhan anak secara spesifik
- Program terapi yang dipersonalisasi dan berkelanjutan
- Fasilitas ramah anak dan lingkungan yang mendukung perkembangan
- Kolaborasi erat dengan orang tua dan edukasi keluarga

Kesimpulan
Meskipun gejala antara autisme dan ADHD bisa terlihat mirip, penanganannya sangat berbeda dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak. Dalam beberapa kasus, keduanya bisa terjadi bersamaan dan memerlukan pendekatan terapi yang holistik dan terkoordinasi.
Dengan memahami perbedaan ini, Anda sebagai orang tua bisa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang tepat untuk anakmu. Melalui bantuan profesional seperti yang tersedia di The TamTam Therapy Centre Jakarta, anak dengan autisme, ADHD, atau keduanya dapat berkembang dengan optimal dan meraih potensi terbaiknya.
Jangan tunda untuk memberikan dukungan terbaik bagi anak Anda. Hubungi The TamTam Therapy Centre hari ini untuk memulai perjalanan terapeutik anak Anda dan bantu mereka mencapai potensi penuh mereka.