The TamTam Therapy Centre

Mengenal Sensory Play: Kunci Stimulasi Motorik Kasar dan Halus Pada Anak

Perkembangan anak usia dini sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk stimulasi yang diberikan sejak dini. Salah satu metode stimulasi yang efektif dan menyenangkan adalah sensory play atau permainan sensori. Sensory play bukan sekadar bermain, tetapi juga sarana penting untuk mendukung perkembangan motorik kasar dan halus anak, termasuk Anak Kebutuhan Khusus (ABK).

Apa Itu Sensory Play?

Sensory play adalah kegiatan bermain yang melibatkan indra anak seperti sentuhan, penciuman, pendengaran, penglihatan, dan pengecapan. Kegiatan ini dapat berupa bermain pasir, bermain air, mengeksplorasi tekstur benda, bermain dengan slime, mencium aroma bahan dapur, hingga mendengarkan berbagai suara.

Peran Sensory Play dalam Perkembangan Motorik

  1. Perkembangan Motorik Halus
    Motorik halus berkaitan dengan kemampuan menggerakkan otot-otot kecil, terutama di tangan dan jari. Kegiatan sensory play yang mendukung motorik halus antara lain:
    • Meremas adonan atau slime
    • Menjepit kapas dengan pinset
    • Memindahkan benda kecil menggunakan jari
    • Menggambar atau menulis di pasir atau tepung

Kegiatan ini membantu anak belajar mengontrol gerakan tangan, meningkatkan kekuatan otot jari, dan mengembangkan keterampilan pramenulis.

  1. Perkembangan Motorik Kasar
    Motorik kasar melibatkan gerakan besar tubuh seperti berjalan, berlari, melompat, atau memanjat. Sensory play bisa mendukung motorik kasar melalui:

• Permainan keseimbangan di lantai sensori
• Melompat di trampolin mini
• Menyusuri lintasan dengan tekstur berbeda
• Bermain bola sensorik

Kegiatan ini memperkuat otot besar tubuh, melatih koordinasi, keseimbangan, dan kesadaran spasial anak.

Tantangan dalam Menerapkan Sensory Play

  1. Anak Terlalu Sensitif (Hipersensitif)
    Sebagian anak yang punya masalah sensori, bisa merasa tidak nyaman saat menyentuh benda-benda tertentu seperti lumpur, pasir, atau slime. Mereka bisa langsung menolak atau merasa kesal. Untuk membantu, cobalah mulai dari tekstur yang ringan dulu, seperti kapas atau air. Setelah anak mulai terbiasa, baru perlahan kenalkan tekstur lain yang lebih beragam. Dengan cara ini, anak bisa belajar menerima sensasi baru tanpa merasa takut atau tertekan.
  2. Anak Kurang Responsif (Hiporesponsif)
    Sebaliknya, ada juga anak yang terlihat kurang peka atau seperti tidak merasakan apa-apa terhadap sentuhan, suara, atau cahaya di sekitarnya. Mereka mungkin tampak cuek atau tidak tertarik saat diajak bermain dengan benda-benda sensori. Untuk membantu mereka, bisa diberikan rangsangan yang lebih kuat, seperti mainan yang bergetar, air hangat atau dingin, atau aktivitas fisik seperti mendorong dan menarik. Cara ini bisa membantu sistem sensori anak lebih aktif dan sadar akan lingkungan di sekitarnya.
  3. Sulit Menciptakan Sensory Play di Rumah
    Orang tua sering merasa kesulitan untuk menyediakan bahan, ruang, atau waktu khusus untuk kegiatan sensory play. Padahal, aktivitas ini bisa dilakukan dengan sederhana di rumah. Tidak perlu mainan mahal atau khusus, orang tua bisa menggunakan benda-benda yang mudah ditemukan seperti beras, air, spons, sabun, atau tepung. Hal terpenting adalah memberi anak kesempatan untuk merasakan berbagai tekstur, suhu, dan gerakan secara langsung. Sensory play tidak harus rumit, yang penting konsisten dan menyenangkan bagi anak.
  4. Anak Menolak Aktivitas
    Beberapa anak mungkin langsung menolak saat diajak mencoba aktivitas yang terasa asing bagi mereka. Hal ini wajar, terutama jika anak belum terbiasa dengan jenis permainan tertentu. Untuk mengatasinya, ajak anak memilih sendiri aktivitas yang ingin dicoba agar mereka merasa lebih nyaman dan punya kendali. Selain itu, buatlah kegiatan tersebut terasa seperti permainan seru atau petualangan menarik, bukan tugas. Dengan begitu, anak akan lebih antusias dan terbuka untuk mencoba hal-hal baru.
  5. Kekhawatiran Akan Kebersihan dan Keamanan
    Seringkali orang tua merasa khawatir saat anak bermain sensory play karena takut rumah jadi berantakan atau anak memasukkan benda ke dalam mulut. Kekhawatiran ini sangat wajar, terutama untuk anak-anak yang masih kecil. Untuk mengatasinya, orang tua bisa menyiapkan area khusus bermain, misalnya dengan menggunakan alas plastik atau bermain di luar ruangan. Selain itu, pilihlah bahan yang aman jika tertelan, seperti bahan food-grade atau bahan yang bisa dimakan (misalnya tepung, agar-agar, atau buah). Dengan persiapan yang tepat, sensory play tetap bisa dilakukan dengan aman dan menyenangkan di rumah.

Manfaat Sensory Play untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak-anak dengan gangguan perkembangan, seperti autisme, ADHD, atau gangguan sensori integrasi, seringkali mengalami tantangan dalam memproses rangsangan sensorik. Sensory play dapat menjadi terapi alami yang:
• Membantu anak lebih peka atau toleran terhadap sensasi tertentu
• Mengurangi kecemasan atau perilaku agresif akibat ketidaknyamanan sensori
• Meningkatkan fokus dan atensi dalam belajar
• Memberikan cara bermain yang menyenangkan sekaligus bermanfaat

Tips Menerapkan Sensory Play di Rumah

• Gunakan bahan yang aman dan mudah ditemukan, seperti beras berwarna, air, pasir, atau adonan buatan sendiri.
• Buat area bermain yang mudah dibersihkan.
• Awasi anak selama bermain, terutama jika melibatkan benda kecil atau cairan.
• Amati reaksi anak—hindari memaksa jika anak tampak tidak nyaman.
• Libatkan sensory play dalam aktivitas harian, seperti mandi busa, makan dengan tangan, atau bermain di halaman.

Kesimpulan

Sensory play bukan hanya aktivitas menyenangkan, tetapi juga memiliki dampak besar dalam menunjang perkembangan motorik kasar dan halus anak. Dengan pendekatan yang tepat, kegiatan ini bisa menjadi bagian penting dari rutinitas stimulasi, terutama untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Ingin tahu lebih banyak tentang cara menerapkan sensory play yang tepat untuk anak Anda?
Yuk, cek postingan instagram kami atau langsung konsultasikan ke pusat terapi kami untuk mendapat panduan dari terapis berpengalaman!

Bersama The TamTam Therapy Centre, tumbuh kembang anak jadi lebih optimal dan menyenangkan!

(APRL)

Scroll to Top