
Banyak orang tua mungkin tidak menyadari bahwa anak dengan autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) tidak hanya menghadapi tantangan dalam komunikasi, perilaku, atau interaksi sosial, tetapi juga sering mengalami masalah kesehatan fisik, termasuk gangguan pencernaan. Studi menunjukkan bahwa anak autis memiliki risiko lebih tinggi mengalami sembelit, diare, perut kembung, hingga nyeri perut yang kronis dibandingkan anak non-autis. Kondisi ini tentu dapat memengaruhi kualitas hidup anak dan keluarganya, sehingga penting untuk dipahami dan ditangani dengan tepat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pencernaan pada Anak Autis
Salah satu faktor yang membuat anak autis rentan mengalami gangguan pencernaan adalah pola makan yang terbatas (selective eating). Banyak anak autis hanya mau mengonsumsi jenis makanan tertentu karena sensitivitas terhadap rasa, tekstur, atau bau. Kondisi ini membuat asupan serat, vitamin, dan mineral menjadi tidak seimbang, sehingga meningkatkan risiko sembelit, kekurangan nutrisi, bahkan masalah metabolisme dalam jangka panjang.
Selain itu, sensitivitas sensorik juga berperan besar. Anak autis sering kesulitan menerima variasi makanan karena gangguan dalam memproses sensasi dari indra. Akibatnya, mereka cenderung menolak sayur atau buah yang sebenarnya penting bagi kesehatan usus. Tidak hanya itu, sensitivitas yang tinggi membuat anak lebih cepat merasa tidak nyaman, termasuk ketika merasakan sakit di perut, sehingga membuat masalah pencernaan semakin kompleks.
Faktor lain yang semakin mendapat perhatian dari para peneliti adalah adanya gangguan pada mikrobiota usus. Beberapa studi menemukan bahwa komposisi bakteri usus anak autis berbeda dengan anak non-autis. Ketidakseimbangan mikrobiota ini tidak hanya berdampak pada sistem pencernaan, tetapi juga dapat memengaruhi daya tahan tubuh, regulasi emosi, dan perilaku anak melalui mekanisme yang dikenal sebagai gut-brain axis atau hubungan antara usus dan otak.
Di sisi lain, kesulitan komunikasi juga membuat deteksi gangguan pencernaan pada anak autis menjadi lebih menantang. Anak sering kali tidak bisa menyampaikan keluhan fisik dengan jelas, termasuk rasa sakit atau tidak nyaman di perut. Akibatnya, gejala sering terlewatkan dan baru terlihat melalui perubahan perilaku, seperti tantrum, rewel, sulit tidur, atau menolak makan.
Mengapa Orang Tua Harus Waspada?
Gangguan pencernaan pada anak autis bukan hanya masalah fisik, tetapi juga dapat memengaruhi emosi dan perilaku. Anak yang mengalami sakit perut bisa menjadi lebih mudah marah, menolak terapi, atau mengalami regresi dalam perkembangan. Jika tidak ditangani sejak dini, masalah ini bisa berdampak pada pertumbuhan, kesehatan, dan kualitas hidup anak.
Langkah yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Gangguan pencernaan pada anak autis memang bukan hal yang bisa dianggap sepele. Orang tua perlu menyadari bahwa masalah ini sering berhubungan dengan pola makan, sensitivitas sensori, hingga kondisi mikrobiota usus. Oleh karena itu, langkah penanganan harus dilakukan secara hati-hati dan menyeluruh. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak autis yang rentan mengalami gangguan pencernaan.
Pertama, perhatikan pola makan anak secara detail. Catat makanan apa saja yang sering ditolak, serta makanan yang justru menimbulkan keluhan seperti perut kembung, diare, atau sembelit. Pencatatan sederhana ini sangat bermanfaat untuk menemukan pola yang konsisten dan bisa menjadi bahan diskusi penting saat konsultasi dengan dokter atau terapis. Anak autis umumnya memiliki kecenderungan selective eating, sehingga orang tua perlu lebih teliti dalam memahami respon tubuh anak terhadap makanan tertentu.
Kedua, segera lakukan konsultasi dengan dokter atau terapis. Evaluasi medis sangat penting untuk mengetahui apakah anak membutuhkan intervensi khusus, seperti diet bebas gluten dan kasein, tambahan suplemen, atau terapi pendukung lainnya. Orang tua tidak disarankan melakukan perubahan diet sendiri tanpa supervisi tenaga profesional, karena risiko kekurangan nutrisi bisa terjadi bila makanan dibatasi secara ekstrem. Dengan bantuan tenaga medis, intervensi dapat dilakukan dengan cara yang lebih aman dan terukur.
Ketiga, terapi sensori dan terapi perilaku dapat menjadi solusi jangka panjang. Anak autis sering menolak variasi makanan karena sensitivitas terhadap tekstur, aroma, atau warna tertentu. Melalui terapi sensori, anak dapat dilatih untuk lebih toleran terhadap berbagai jenis makanan. Sementara itu, terapi perilaku dapat membantu membangun rutinitas makan yang lebih teratur dan mengurangi penolakan ekstrem terhadap makanan sehat seperti sayur dan buah. Dengan terapi yang tepat, anak berangsur-angsur mampu menerima makanan yang lebih bervariasi, sehingga kesehatan pencernaannya juga lebih terjaga.
Keempat, pantau perilaku anak dengan lebih jeli, karena gangguan pencernaan sering kali tidak muncul dalam bentuk keluhan langsung. Anak autis mungkin sulit mengungkapkan rasa sakit di perut atau perasaan tidak nyaman, sehingga orang tua perlu memperhatikan tanda-tanda tidak langsung. Misalnya, anak menjadi lebih sering tantrum, rewel, sulit tidur, atau menolak melakukan aktivitas tertentu. Perubahan perilaku ini bisa menjadi sinyal adanya masalah pada sistem pencernaan. Dengan pemantauan yang cermat, orang tua bisa lebih cepat mengambil tindakan sebelum gangguan semakin parah.
Kesimpulan
Gangguan pencernaan pada anak autis merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat memengaruhi kualitas hidup mereka sehari-hari. Sensitivitas terhadap makanan, pola makan terbatas, hingga masalah usus dapat menimbulkan gejala seperti sembelit, diare, hingga perubahan perilaku seperti tantrum. Oleh karena itu, orang tua perlu lebih peka dalam memperhatikan pola makan anak, mencatat makanan yang menimbulkan keluhan, serta segera berkonsultasi dengan dokter atau terapis.
Jika Anda merasa anak Anda sering mengalami gangguan pencernaan yang tidak jelas penyebabnya, jangan ragu untuk segera berkonsultasi. Penanganan sejak dini dapat membantu anak lebih nyaman, sehat, dan siap mengikuti terapi secara optimal. Jangan tunggu sampai masalah pencernaan mengganggu perkembangan si kecil. Segera lakukan konsultasi dengan tim profesional The TamTam Therapy Centre untuk mendapatkan penanganan terbaik. (APRL)