
Setiap anak memiliki perjalanan tumbuh kembang yang unik — begitu pula dengan anak dengan kondisi autisme. Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang tua adalah: “Kapan anak saya siap untuk masuk sekolah?”
Pertanyaan ini wajar, karena sekolah bukan hanya tentang belajar membaca dan menulis, tetapi juga tentang kemampuan beradaptasi secara sosial, emosional, dan perilaku. Anak dengan kondisi autisme membutuhkan kesiapan yang lebih menyeluruh agar pengalaman sekolah menjadi positif, bukan menimbulkan stres atau frustrasi.
1. Apa Arti “Siap Sekolah” bagi Anak dengan Kondisi Autisme?
Kesiapan sekolah tidak sekadar diukur dari usia kronologis, melainkan dari aspek perkembangan yang mencakup kemampuan sosial, komunikasi, emosi, kognitif, dan kemandirian.
Anak dikatakan siap sekolah ketika mampu mengikuti rutinitas, memahami instruksi sederhana, berinteraksi dengan guru dan teman, serta memiliki kemampuan dasar regulasi diri.
Menurut Miss Etha Berliana, Terapis Holistik di The TamTam Therapy Centre mengungkapkan bahwa perlu adanya kesiapan perilaku agar anak dapat berinteraksi dengan baik.
“Banyak orang tua berpikir kesiapan sekolah berarti anak sudah bisa membaca atau berhitung, padahal yang utama adalah kesiapan perilaku dan sosial. Anak harus mampu memahami arahan, menunggu giliran, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.”
Dengan kata lain, kesiapan akademik hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan kesiapan sekolah.
2. Tanda Anak Autisme Siap Sekolah
Ada beberapa indikator umum yang dapat menjadi acuan bagi orang tua maupun terapis untuk menilai apakah anak sudah siap masuk ke lingkungan sekolah:
- Mampu mengikuti instruksi sederhana.
Anak dapat memahami dan melaksanakan perintah satu hingga dua langkah, seperti “ambil tas” atau “duduk di kursi”. Ini menunjukkan kemampuan fokus dan pemahaman bahasa yang cukup untuk mengikuti kegiatan di kelas. - Memiliki kemampuan berinteraksi dasar.
Anak mulai dapat menatap mata lawan bicara, menunggu giliran, atau berbagi mainan. Walau masih terbatas, kemampuan ini penting untuk membangun relasi dengan guru dan teman. - Dapat duduk tenang dalam waktu tertentu.
Di kelas, anak perlu mampu duduk tenang sekitar 10–15 menit untuk menerima instruksi atau mengikuti kegiatan. Jika anak masih sering berpindah tanpa arah, berarti perlu stimulasi tambahan di terapi perilaku atau okupasi. - Mulai memahami rutinitas dan struktur.
Anak yang terbiasa dengan rutinitas, seperti waktu belajar, makan, dan istirahat, akan lebih mudah beradaptasi dengan struktur harian sekolah. - Memiliki kemampuan regulasi emosi dasar.
Anak mungkin belum bisa sepenuhnya mengelola emosi, tetapi sudah dapat ditenangkan atau diarahkan ketika merasa marah, sedih, atau frustasi. Ini menunjukkan adanya kemampuan kontrol diri yang berkembang. - Keterampilan kemandirian dasar.
Anak mampu melakukan aktivitas sederhana seperti makan sendiri, membuka sepatu, atau pergi ke toilet dengan bantuan minimal.
3. Bagaimana Peran Terapi dalam Menyiapkan Anak Sekolah?
Terapi menjadi salah satu langkah penting untuk mempersiapkan anak autisme menuju lingkungan sekolah. Di The TamTam Therapy Centre, program terapi disusun berdasarkan hasil asesmen mendalam agar sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap anak.
Beberapa jenis terapi yang berperan besar antara lain:
- Terapi Perilaku (Behavior Therapy).
Membantu anak belajar memahami instruksi, meningkatkan fokus, dan mengelola perilaku agar sesuai dengan aturan sekolah. - Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi.
Melatih kemampuan motorik halus dan kasar, meningkatkan toleransi terhadap lingkungan baru, serta membantu anak mengatur respons sensoriknya. - Terapi Wicara dan Bahasa.
Membantu anak mengembangkan kemampuan komunikasi verbal maupun nonverbal agar lebih mudah berinteraksi dengan guru dan teman.
Di The TamTam Therapy Centre, anak dengan kondisi autisme menunjukkan perkembangan yang signifikan sehingga sudah siap untuk bersekolah.
“Kami sering menemukan bahwa anak dengan kondisi autisme yang mengikuti terapi rutin menunjukkan perkembangan signifikan dalam kesiapan sekolah. Mereka lebih fokus, lebih mandiri, dan yang paling penting — lebih percaya diri menghadapi lingkungan baru,” ungkap Miss Etha.
4. Pentingnya Kolaborasi antara Terapi, Sekolah, dan Orang Tua
Kesiapan sekolah anak autisme tidak bisa dicapai secara instan. Dibutuhkan kolaborasi erat antara terapis, guru, dan orang tua agar semua pihak memiliki pemahaman dan strategi yang sama.
Orang tua juga berperan penting dalam melatih rutinitas harian di rumah, memperkuat komunikasi, dan memberikan dukungan emosional agar anak merasa aman dan nyaman.
Penelitian dari Journal of Autism and Developmental Disorders (2021) menunjukkan bahwa anak dengan kondisi autisme yang mendapatkan dukungan konsisten dari rumah dan terapis memiliki tingkat adaptasi sekolah lebih baik hingga 70% dibanding anak yang tidak mendapatkan intervensi awal.
Kesimpulan
Tidak ada usia pasti kapan anak dengan kondisi autisme bisa dikatakan siap sekolah, karena setiap anak memiliki ritme perkembangan yang berbeda. Namun, dengan observasi yang tepat, terapi yang konsisten, dan dukungan lingkungan yang positif, anak autisme dapat berkembang optimal dan siap menjalani dunia sekolah dengan bahagia.
Apabila Anda ingin mengetahui sejauh mana kesiapan anak menuju sekolah, lakukan konsultasi dan asesmen di The TamTam Therapy Centre.
Tim profesional kami akan membantu Anda memahami langkah terbaik untuk mendukung tumbuh kembang dan kesiapan anak menuju dunia pendidikan (RYLA)