The TamTam Therapy Centre

Dunia Anak dari Perspektif Sensori: Tantangan dan Harapan

Setiap anak memiliki cara unik dalam merasakan dan merespons dunia di sekitarnya. Bagi sebagian anak, suara yang pelan bisa terasa menyakitkan, sentuhan ringan bisa membuat panik, atau lampu terang bisa terasa berlebihan. Inilah yang dikenal sebagai tantangan dalam pemrosesan sensori.

Artikel ini ditulis untuk membantu orang tua dan pengasuh memahami bagaimana sistem sensori bekerja, bagaimana gangguan sensori memengaruhi kehidupan anak, serta langkah-langkah dukungan yang bisa diberikan. Semoga artikel ini bisa menjadi jembatan untuk lebih memahami dan mendampingi anak-anak dengan empati dan harapan.

Apa Itu Sistem Sensori dan Mengapa Penting?

Sistem sensori adalah cara tubuh menerima, mengolah, dan merespons informasi dari lingkungan melalui panca indra termasuk sentuhan, pendengaran, penglihatan, penciuman, dan proprioseptif (kesadaran posisi tubuh). Sistem ini membantu anak untuk merasa nyaman, fokus, dan terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

Saat sistem sensori bekerja dengan baik, anak mampu menyesuaikan diri terhadap rangsangan sekitar seperti mereka bisa duduk tenang di kelas, bermain tanpa merasa kewalahan, dan mengikuti instruksi tanpa terganggu oleh hal-hal kecil. Namun, tidak semua anak memiliki sistem sensori yang berkembang optimal.

Apa yang Terjadi Saat Anak Mengalami Gangguan Pemrosesan Sensori?

Gangguan Pemrosesan Sensori (Sensory Processing Disorder/SPD) terjadi saat otak mengalami kesulitan mengatur respons terhadap stimulus sensorik. Anak dengan SPD bisa jadi:

  1. Sensory seeking: anak mencari stimulus berlebih, seperti menyentuh benda terus-menerus, bergerak tanpa henti, atau mengejar suara keras.
  2. Sensory avoiding: anak menghindari stimulus tertentu, seperti menolak menyikat gigi, takut suara keras, atau menolak tekstur tertentu. Tantangan sensori ini tidak selalu terlihat jelas dan sering disalahartikan sebagai perilaku “nakal”, “manja”, atau “tidak mau diatur”.

Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kesulitan dalam pemrosesan sensori dapat memengaruhi berbagai aspek perkembangan dan aktivitas harian anak, seperti :

  1. Belajar : Anak mudah terdistraksi oleh suara di sekitarnya, seperti suara pintu, kipas angin, atau percakapan orang lain. Hal ini membuatnya sulit berkonsentrasi di kelas atau saat kegiatan belajar di rumah.
  2. Makan : Anak menolak makanan dengan tekstur tertentu, misalnya makanan yang terlalu lembek, kasar, atau lengket. Akibatnya, pola makan menjadi tidak seimbang dan bisa berpengaruh pada pertumbuhan.
  3. Tidur : Anak sulit tidur karena sangat peka terhadap cahaya, suara, atau sentuhan. Bahkan suara pelan atau perubahan kecil pada lingkungan kamar bisa membuatnya terbangun.4. Sosialisasi : Anak dapat merasa cemas atau takut di lingkungan yang ramai, seperti pasar, pesta ulang tahun, atau sekolah. Sebaliknya, ada juga yang justru terlalu aktif dan terus bergerak karena mencari rangsangan dari lingkungan.
  4. Emosi : Anak lebih mudah mengalami ledakan emosi (tantrum), terutama ketika merasa tidak nyaman terhadap rangsangan tertentu namun belum mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.

Berbagai damapk ini dapat membuat anak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rutinitas sehari-hari dan berpotensi menyebabkan kelelahan secara fisik maupun emosional. Maka, penting bagi orang tua dan pendamping untuk memahami tantangan ini agar dapat memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Peran Orang Tua dan Terapi

Sebagai pendamping utama, orang tua memiliki peran penting dalam mendukung anak dengan tantangan sensori. Langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Konsultasi dengan terapis okupasi untuk mendapatkan evaluasi sensori dan program intervensi yang sesuai.
  2. Memberikan stimulasi sensori yang tepat dan bertahap, seperti menggunakan permainan tekstur, ayunan, atau terapi brushing.
  3. Menciptakan lingkungan yang mendukung, misalnya ruang tenang, pencahayaan yang lembut, atau alat bantu sensori seperti weighted blanket.
  4. Membangun rutinitas, karena anak dengan tantangan sensori sering merasa aman dengan aktivitas yang terprediksi.

Hal yang paling penting yakni hindari menyalahkan anak atas perilaku yang sebenarnya muncul sebagai bentuk ketidaknyamanan yang belum bisa mereka ungkapkan secara verbal.

Kesimpulan:

Anak dengan tantangan sensori bukanlah anak yang “bermasalah”. Mereka hanya memiliki cara berbeda dalam merasakan dunia, dan dengan dukungan yang tepat, mereka tetap bisa berkembang, belajar, dan bahagia seperti anak lainnya.

Mengenali kondisi ini lebih awal bisa menjadi titik tolak perubahan besar. Karena saat orang tua mulai memahami, anak mulai merasa diterima. Dan ketika anak merasa diterima, mereka akan lebih percaya diri untuk bertumbuh.

Jika Anda mencurigai anak mengalami kesulitan sensori, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti terapis okupasi atau psikolog anak. Salah satunya bersama dengan tim berpengalaman dari The TamTam Therapy Centre.

Semakin dini intervensi dilakukan, semakin besar peluang anak untuk berkembang optimal.
Mari, ciptakan lingkungan yang mendukung dan memahami, bukan menghakimi. (APRL)

Scroll to Top