The TamTam Therapy Centre

Autisme vs ADHD: Kenali Bedanya Sejak Dini

Dalam dunia tumbuh kembang anak, istilah autisme dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) seringkali terdengar mirip. Keduanya memang sama-sama termasuk dalam kategori gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder), namun memiliki karakteristik dan kebutuhan penanganan yang berbeda. Memahami perbedaan keduanya sangat penting agar anak mendapatkan intervensi dan dukungan yang tepat sejak dini.


1. Autisme dan ADHD, Apa Bedanya Secara Umum?

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku. Anak dengan autisme seringkali menunjukkan minat terbatas dan perilaku berulang, seperti menyusun mainan dengan pola tertentu atau fokus pada satu topik saja.

Sementara itu, ADHD adalah kondisi yang ditandai dengan kesulitan dalam mempertahankan fokus, mengontrol impuls, dan mengatur tingkat aktivitas. Anak dengan ADHD biasanya tampak sangat aktif, sulit duduk diam, dan cepat kehilangan perhatian pada satu hal.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2022), prevalensi autisme dan ADHD terus meningkat setiap tahunnya, dan penting bagi orang tua maupun pendidik untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini agar tidak tertukar.


2. Ciri-Ciri Anak dengan Autisme

Ciri utama autisme biasanya terlihat pada tiga area utama: komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Beberapa contohnya antara lain:

  • Kesulitan berinteraksi sosial.
    Anak mungkin tampak tidak tertarik bermain bersama teman, tidak menatap mata lawan bicara, atau sulit memahami ekspresi wajah orang lain.
  • Gangguan komunikasi.
    Ada anak yang terlambat bicara, tidak merespons ketika dipanggil, atau hanya mengulang kata (ekolalia) tanpa memahami maknanya.
  • Perilaku repetitif dan minat terbatas.
    Anak dapat menunjukkan kebiasaan berulang seperti mengepakkan tangan, memutar benda, atau terlalu fokus pada satu hal kecil seperti roda mobil mainan.

Miss Marlina Sari, salah satu Terapis Holistik di The TamTam Therapy Centre, menjelaskan bahwa anak dengan kondisi autisme membutuhkan waktu dan pendekatan penanganan yang konsisten.

“Anak dengan autisme membutuhkan waktu dan pendekatan yang konsisten. Mereka bisa belajar berkomunikasi dan beradaptasi, tetapi dengan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individunya,” ungkap Ms. Marlina.


3. Ciri-Ciri Anak dengan ADHD

Berbeda dengan autisme, ADHD lebih menonjol pada aspek perhatian dan aktivitas. Ciri-ciri umum yang sering muncul meliputi:

  • Kesulitan fokus dan mudah terdistraksi.
    Anak ADHD sering berpindah aktivitas tanpa menyelesaikan yang sebelumnya, atau tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara.
  • Impulsif dan sulit menahan diri.
    Anak bisa memotong pembicaraan orang lain, menjawab sebelum pertanyaan selesai, atau melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.
  • Aktivitas berlebih (hiperaktif).
    Mereka tampak selalu ingin bergerak, berlari, atau memanjat, bahkan dalam situasi yang seharusnya tenang seperti di kelas.

Selain itu, Miss Marlina juga menjelaskan bahwa anak dengan kondisi ADHD dapat berkembang asal didukung oleh lingkungan yang tepat.
“Anak dengan ADHD bukan hanya sekadar aktif, tetapi otaknya bekerja dengan cara yang berbeda. Dengan dukungan lingkungan yang tepat dan strategi perilaku yang terarah, mereka bisa berkembang luar biasa.”


4. Kesamaan yang Sering Membingungkan

Beberapa anak bisa menunjukkan tanda-tanda autisme dan ADHD secara bersamaan. Misalnya, anak autisme yang tampak tidak fokus atau anak ADHD yang tampak kesulitan berinteraksi sosial.

Hal ini sering membuat orang tua sulit membedakan, sehingga diperlukan evaluasi profesional.

Penelitian dari National Institutes of Health (NIH, 2021) menunjukkan bahwa sekitar 30–50% anak dengan autisme juga memiliki gejala ADHD. Karena itu, diagnosis yang akurat menjadi langkah penting agar intervensi terapi dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak.


5. Penanganan yang Tepat untuk Setiap Kondisi

  • Untuk Autisme, pendekatan yang sering digunakan antara lain Applied Behavior Analysis (ABA), terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi sensori integrasi. Fokusnya adalah membangun komunikasi, kemandirian, serta keterampilan sosial anak.
  • Untuk ADHD, strategi perilaku, konseling, dan pelatihan keterampilan fokus sangat membantu. Aktivitas fisik terstruktur dan pengaturan jadwal yang konsisten juga mendukung kemampuan anak mengelola energi dan perhatian.

Di The TamTam Therapy Centre, kedua kondisi ini ditangani dengan pendekatan kolaboratif — di mana konsultan perilaku, psikolog, dan terapis bekerja sama menciptakan program yang personal dan menyenangkan bagi anak.


Kesimpulan

Meskipun autisme dan ADHD memiliki beberapa kesamaan, keduanya berbeda dalam penyebab, gejala, dan cara penanganannya. Mengenali perbedaannya sejak dini akan membantu Anda memberikan dukungan yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.


Jika Anda ingin memahami lebih jauh tentang kondisi anak dan langkah terapi yang sesuai, konsultasikan langsung di The TamTam Therapy Centre.
Tim profesional kami siap membantu Anda menemukan strategi terbaik untuk mendukung tumbuh kembang anak (RYLA).

Scroll to Top