
Bahasa adalah salah satu kunci utama anak dalam berkomunikasi, mengekspresikan kebutuhan, serta membangun hubungan dengan orang di sekitarnya. Namun, tidak semua anak berkembang dengan pola bahasa yang sama. Sebagian anak mengalami hambatan khusus yang disebut gangguan bahasa ekspresif. Kondisi ini seringkali membuat anak sulit mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan kata-kata, meskipun mereka sebenarnya memahami ucapan orang lain dengan baik.
Apa Itu Gangguan Bahasa Ekspresif?
Gangguan bahasa ekspresif adalah kondisi ketika anak mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide, perasaan, atau kebutuhan melalui bahasa lisan maupun tulisan. Anak dengan kondisi ini biasanya dapat memahami apa yang dikatakan orang lain, tetapi mengalami hambatan ketika harus menyusun kalimat, memilih kata, atau berbicara dengan lancar.
Menurut American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), gangguan bahasa ekspresif bukan sekadar keterlambatan bicara biasa. Anak mungkin bisa menyebutkan kata-kata, tetapi kesulitan menyusunnya menjadi kalimat yang jelas dan sesuai konteks.
Ciri-Ciri Anak dengan Gangguan Bahasa Ekspresif
Ada beberapa tanda yang bisa Anda perhatikan. Setiap poin berikut perlu diamati secara konsisten:
- Kosakata yang terbatas
Anak sering menggunakan kata-kata yang sama berulang kali. Misalnya, anak hanya mengucapkan “itu” atau “ini” ketika ingin meminta sesuatu, tanpa bisa menyebutkan nama benda. Hal ini dapat menghambat proses komunikasi sehari-hari, terutama di sekolah. - Sulit membentuk kalimat
Anak kesulitan merangkai kata menjadi kalimat sederhana. Contoh, anak hanya berkata “mau minum” tanpa bisa menambahkan keterangan seperti “mau minum air putih sekarang.” Kesulitan ini berdampak pada kemampuan anak untuk menyampaikan maksud secara lengkap. - Sering mengganti kata dengan gestur
Alih-alih berbicara, anak lebih sering menunjuk, menarik tangan orang lain, atau menggunakan ekspresi wajah. Walaupun efektif dalam beberapa situasi, cara ini membuat anak tertinggal dalam perkembangan bahasa. - Kesulitan bercerita atau menjelaskan pengalaman
Anak tidak bisa menyampaikan peristiwa sederhana secara runtut. Misalnya, ketika ditanya “tadi di sekolah ngapain?”, anak hanya menjawab “main” tanpa detail tambahan. Padahal, keterampilan bercerita penting untuk mendukung interaksi sosial dan akademik.
Dampak Jika Tidak Ditangani
Gangguan bahasa ekspresif dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan anak. Anak bisa merasa frustrasi karena sulit dipahami orang lain. Hal ini juga berdampak pada kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, hingga prestasi akademik. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Speech, Language, and Hearing Research (2017) menunjukkan bahwa anak dengan gangguan bahasa ekspresif berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan belajar saat memasuki usia sekolah.
Bagaimana Menangani Gangguan Bahasa Ekspresif?
Intervensi sejak dini sangat penting agar anak dapat berkembang optimal. Beberapa strategi yang bisa dilakukan meliputi:
- Stimulasi di rumah
Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak setiap hari. Ajak anak menyebutkan benda di sekitarnya atau menjelaskan apa yang sedang dilakukan. Konsistensi interaksi ini membantu memperkaya kosakata dan melatih kemampuan ekspresif. - Bacakan buku secara rutin
Membacakan cerita tidak hanya melatih daya imajinasi, tetapi juga membantu anak memahami struktur kalimat dan menambah kosakata baru. Pilih buku dengan gambar yang menarik agar anak lebih antusias. - Menggunakan metode bermain
Anak belajar paling baik melalui permainan. Misalnya, bermain peran (role play) seperti pura-pura menjadi penjual dan pembeli. Dengan cara ini, anak dilatih untuk menyusun kalimat sederhana sesuai konteks. - Terapi wicara bersama profesional
Terapi wicara adalah salah satu pendekatan paling efektif. Terapis akan menggunakan teknik khusus sesuai kebutuhan anak, mulai dari latihan kosakata, menyusun kalimat, hingga strategi komunikasi sosial.
Terapis Wicara di The TamTam Therapy Centre, Puti Miftahul Hasanah mengatakan bahwa setiap anak itu unik. Ada yang butuh lebih banyak latihan kosakata, ada juga yang perlu difokuskan ke struktur kalimat.
“Setiap anak itu memiliki keunikan masing-masing. Pada intinya, yang terpenting, pendampingan harus konsisten dan menyenangkan,” ungkap Puti Miftahul Hasanah yang juga merupakan Direktur Operasional The TamTam Therapy Centre.
Peran The TamTam Therapy Centre
Di The TamTam Therapy Centre Sukabumi, Jakarta Selatan, dan Garut, layanan terapi wicara tersedia untuk mendampingi anak dengan gangguan bahasa ekspresif. Dengan pendekatan personal, terapis kami akan menyesuaikan metode stimulasi sesuai usia dan kebutuhan anak. Informasi lebih lanjut tentang layanan ini dapat Anda temukan di situs resmi The TamTam Therapy Centre.
Kesimpulan
Gangguan bahasa ekspresif bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Anak dengan kondisi ini memerlukan intervensi tepat agar dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan percaya diri. Dengan stimulasi di rumah, dukungan orang tua, dan terapi profesional, perkembangan bahasa anak dapat ditingkatkan secara signifikan.
Jika Anda menemukan tanda-tanda gangguan bahasa ekspresif pada anak, segera konsultasikan ke tim profesional kami di The TamTam Therapy Centre. Mari, kita dukung anak agar bisa tumbuh dan berkomunikasi dengan penuh percaya diri (RYLA)